Suatu
revisi stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara pada hakekatnya merupakan suatu
usaha untuk meneliti ulang konsep yang diterapkan penulis terdahulu,
memperbaikinya serta meluruskannya kembali sesuai dengan konsep-konsep modern
yang dianut dewasa ini. Banyaknya kekeliruan dalam klassifikasi serta penamaan
satuan stratigrafi yang ditimbulkan oleh para penyelidik terdahulu merupakan
masalah yang dihadapi penulis dalam penelitian ini. Satuan lithostratigrafi dan
satuan khronostratigrafi yang mereka gunakan seringkali dikacaukan dan tidak
jelas batas-batasnya. Istilah formasi seringkali dipakai sebagai satuan
khronostratigrafi dan dibagi menjadi jenjang (stage). Demikian pula istilah
Beds Bering dimasukkan sebagai satuan biostratigrafi. Perkembangan penamaan
serta klassifikasi Stratigrafi Jawa Timur Utara dapat diikuti pada
Bab I
sebagai pendahuluan.
Penemuan satuan-satuan stratigrafi baru, serta pengusulan tatanama baru sebagai hasil revisi dikemukakan di dalam disertasi ini. Sejumlah formasi baru telah berhasil disusun dan dipetakan. Demikian pula sejumlah stratotipe, stratotipe hipo maupun stratotipe gabungan telah berhasil dibuat dan dikukuhkan, di Jawa Timur Utara. Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang berbeda baik dalam jenis dan cara pembentukkannya maupun dalam hal tipe lingkungan pengendapannya sehingga mempunyai susunan stratigrafi yang berbeda. Tidak kurang dari sembilan formasi batuan di Cekungan Kendeng telah mengalami revisi. Dua satuan pengganti penamaan yakni Formasi Kalibeng sebagai pengganti Formasi Kalibeng Bawah dari Duyfjes, 1936 dan Formasi Sonde sebagai pengganti Formasi Kalibeng Atas, juga dari penulis yang sama. Satu satuan baru diusulkan disini yaitu Anggota Atasangin dari Formasi Kalibeng.
Di Cekungan Rembang duabelas satuan batuan telah direvisi dan diusulkan penggantian nama. Adapun nama-nama satuan yang baru menjadi :
Formasi Kujung, sebagai pengganti Anggota Kujung dan Anggota Kranji menurut Brouwer, 1957, Koesoemadinata, 1969.
Formasi Prupuh, sebagai pengganti Anggota Prupuh, Formasi Kujung menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969. Formasi Tuban, sebagai pengganti Formasi Kujung Atas, menurut LEMIGAS, 1966.
Formasi Tawun, sebagai pengganti Anggota Tawun, Formasi Tuban, menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969. Anggota Ngrayong, Formasi Tawun, sebagai pengganti Anggota Ngrayong, Formasi Tuban", menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969.
Formasi Bulu, sebagai pengganti Platen Compleks, menurut Trooster, 1937.
Formasi Wonocolo, sebagai pengganti Anggota Wonocolo, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Formasi Ledok, sebagai pengganti Anggota Ledok, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Formasi Mundu, sebagai pengganti Anggota Mundu, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Anggota Selorejo, Formasi Mundu, sebagai pengganti Anggo to Selorejo, Formasi MT dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 19 66.
Formasi Lidah , sebagai pengganti Formasi MT dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 1966.
Formasi Paciran, sebagai pengganti Batugamping Karren dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 1966
Satuan Terras Solo, sebagai pengganti Formasi Trinil dari LEMIGAS/BPM, 1966.
Penelitian yang mendalam mengenai biostratigrafi daerah Jawa Timur Utara telah pula dilakukan yang didasarkan atas kehadiran foraminifera plankton guna mendapatkan standard biostratigrafi yang lebih dapat dipercaya untuk Jawa Timur. Sejumlah zona Selang berhasil dibuat dimana pembahasannya dapat diikuti pada Bab III.
Cara-cara baru yang sebelumnya belum pernah digunakan di Jawa Timur Utara diusulkan disini untuk mengatasi kesukaran yang sering dihadapi oleh para geologiwan dalam melakukan korelasi regional maupun inter-regional. Berkaitan dengan hal tersebut sejumlah bidang umur (datum pia nee) berhasil ditemukan, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut
Penemuan satuan-satuan stratigrafi baru, serta pengusulan tatanama baru sebagai hasil revisi dikemukakan di dalam disertasi ini. Sejumlah formasi baru telah berhasil disusun dan dipetakan. Demikian pula sejumlah stratotipe, stratotipe hipo maupun stratotipe gabungan telah berhasil dibuat dan dikukuhkan, di Jawa Timur Utara. Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang berbeda baik dalam jenis dan cara pembentukkannya maupun dalam hal tipe lingkungan pengendapannya sehingga mempunyai susunan stratigrafi yang berbeda. Tidak kurang dari sembilan formasi batuan di Cekungan Kendeng telah mengalami revisi. Dua satuan pengganti penamaan yakni Formasi Kalibeng sebagai pengganti Formasi Kalibeng Bawah dari Duyfjes, 1936 dan Formasi Sonde sebagai pengganti Formasi Kalibeng Atas, juga dari penulis yang sama. Satu satuan baru diusulkan disini yaitu Anggota Atasangin dari Formasi Kalibeng.
Di Cekungan Rembang duabelas satuan batuan telah direvisi dan diusulkan penggantian nama. Adapun nama-nama satuan yang baru menjadi :
Formasi Kujung, sebagai pengganti Anggota Kujung dan Anggota Kranji menurut Brouwer, 1957, Koesoemadinata, 1969.
Formasi Prupuh, sebagai pengganti Anggota Prupuh, Formasi Kujung menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969. Formasi Tuban, sebagai pengganti Formasi Kujung Atas, menurut LEMIGAS, 1966.
Formasi Tawun, sebagai pengganti Anggota Tawun, Formasi Tuban, menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969. Anggota Ngrayong, Formasi Tawun, sebagai pengganti Anggota Ngrayong, Formasi Tuban", menurut Brouwer, 1957 dan Koesoemadinata, 1969.
Formasi Bulu, sebagai pengganti Platen Compleks, menurut Trooster, 1937.
Formasi Wonocolo, sebagai pengganti Anggota Wonocolo, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Formasi Ledok, sebagai pengganti Anggota Ledok, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Formasi Mundu, sebagai pengganti Anggota Mundu, Formasi Kawengan, menurut Trooster, 1937.
Anggota Selorejo, Formasi Mundu, sebagai pengganti Anggo to Selorejo, Formasi MT dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 19 66.
Formasi Lidah , sebagai pengganti Formasi MT dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 1966.
Formasi Paciran, sebagai pengganti Batugamping Karren dari Trooster, 1937, LEMIGAS, 1966
Satuan Terras Solo, sebagai pengganti Formasi Trinil dari LEMIGAS/BPM, 1966.
Penelitian yang mendalam mengenai biostratigrafi daerah Jawa Timur Utara telah pula dilakukan yang didasarkan atas kehadiran foraminifera plankton guna mendapatkan standard biostratigrafi yang lebih dapat dipercaya untuk Jawa Timur. Sejumlah zona Selang berhasil dibuat dimana pembahasannya dapat diikuti pada Bab III.
Cara-cara baru yang sebelumnya belum pernah digunakan di Jawa Timur Utara diusulkan disini untuk mengatasi kesukaran yang sering dihadapi oleh para geologiwan dalam melakukan korelasi regional maupun inter-regional. Berkaitan dengan hal tersebut sejumlah bidang umur (datum pia nee) berhasil ditemukan, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar